Kodam Pattimura Gelar Buka LKO di Korem Binaiya

Kodam Pattimura Gelar Buka LKO di Korem Binaiya


Kodam Pattimura Gelar Buka LKO di Korem Binaiya

Posted: 04 Sep 2018 02:45 PM PDT

Kodam Pattimura Gelar Buka LKO di Korem BinaiyaAMBON, LELEMUKU.COM - Pembukaan Latihan Kesiapsiagaan Operasional (LKO) Kodam XVI/Pattimura Tahun 2018 yang melibatkan tiga matra, bertujuan untuk menguji kesiapsiagaan yang dilaksanakan oleh Kodam XVI/Pattimura dalam mengatasi segala ancaman yang terjadi di wilayah binaannya, berlangsung selama lima hari sejak Senin (03/09) bertempat di Makorem 151/Binaiya.

Tema latihan kali ini, "Kodam XVI/Pattimura Selaku Koops TNI Wilayah Maluku dan Maluku Utara Mengatasi Konflik Sosial di Wilayah Maluku dan Maluku Utara dalam rangka Mendukung Tugas Pokok TNI".

Latihan Kesiapsiagaan merupakan uji kesiapan satuan dalam melaksanakan tugas. Hal ini penting karena Latihan bagi seorang prajurit merupakan suatu kebutuhan yang harus dapat terpenuhi dengan baik, dalam rangka mewujudkan kesiapan dan kesiapsiagaan satuan dalam menghadapi tuntutan dan tantangan tugas ke depan yang semakin berat dan kompleks.

Sebagaimana tugas pokok TNI sesuai dengan UU No 34 Tahun 2004 tentang TNI, yaitu menegakkan kedaulatan negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI serta melindungi segenap bangsa Indonesia yang dilaksanakan melalui Operasi Militer Untuk Perang (OMP) dan Operasi Militer Selain Perang (OMSP).

Latihan Kesiapsiagaan Operasional TNI merupakan latihan dalam rangka penggunaan kekuatan untuk mencapai kesiapsiagaan yang tinggi dalam menghadapi "Kontinjensi" yang paling mungkin terjadi di wilayah Kotamaops TNI.

Provinsi Maluku dan Maluku Utara merupakan bagian wilayah tugas Kodam XVI/Pattimura yang rawan akan terjadinya konflik sosial. Selaku Komando Kewilayahan, Kodam XVI/Pattimura dan satuan TNI AL dan TNI AU yang ada di wilayah dituntut untuk memiliki kemampuan dan keterampilan yang mumpuni dalam menanggulangi konflik sosial di masyarakat.

Oleh karena itu, Latihan Kesiapsiagaan Operasional Kodam XVI/Pattimura diperlukan untuk meningkatkan kemampuan dan kesiapsiagaan Kodam XVI/Pattimura selaku Kotamaops TNI wilayah Maluku dan Maluku Utara untuk mengaplikasikan RO "Onosel" dalam mengatasi penanggulangan konflik sosial sesuai peran dan tugas yang telah disiapkan secara berhasil dan berdaya guna. (Pendam16)

7000 Orang di Ambon Pecahkan Rekor MURI Tarian Gemu Famire Serentak se Indonesia

Posted: 04 Sep 2018 02:31 PM PDT

7000 Orang di Ambon Pecahkan Rekor MURI Tarian Gemu Famire Serentak se IndonesiaAMBON, LELEMUKU.COM - Sebanyak 7000 orang yang terdiri dari  personel TNI-Polri Maluku bersama Pemerintah Kota Ambon dan Pelajar se-Kota Ambon, pada Selasa (4/9) pagi, kompak bersama-sama melaksanakan Pemecahan Rekor Musium Rekor Indonesia (MURI) Tari Gemu Famire atau Maumere dengan peserta terbanyak serentak di seluruh Indonesia, yang dipusatkan di Lapangan Upacara Lantamal lX/Ambon, Kec. Baguala, Kota Ambon.

Kegiatan tersebut juga diikuti oleh PNS TNI, anggota  Persit KCK PD XVI/Pattimura, anggota Jalasenatri Lantamal IX/Ambon dan anggota Pia Adriagarini Lanud Pattimura Ambon. Kegiatan tersebut diselenggarakan dalam rangka menyambut dan memeriahkan HUT TNI ke -73  pada tanggal 05 Oktober 2018 mendatang.

Tari Gemu Famire ini dilaksanakan secara serentak di Markas TNI seluruh Indonesia, yaitu Markas Komando Daerah Militer, Pangkalan Utama TNI-AL, Pangkalan TNI-AU, Kantor Gubernur, dengan total peserta mencapai 346.829 orang.

Alasan dipilihnya tari "Gemu Famire" adalah karena melalui tari tersebut dapat menjadi suatu alat pemersatu bagi persatuan dan kesatuan Bangsa yang mana hampir seluruh Rakyat Indonesia mampu menarikannya.

Acara diawali dengan Pelaksanaan Video Conference Panglima TNI di dampingi Kapolri dan Para Kepala Staf Angkatan dengan Pangdam XVI/Pattimura didampingi Wakapolda Maluku dan  para Unsur Forkopimda Provinsi Maluku.

Usai Kegiatan, Pangdam XVI/Pattimura Mayjen TNI Suko Pranoto dalam wawancaranya di halaman Lantamal IX/Ambon mengatakan jumlah peserta yang terlibat Pemecahan Rekor Muri Tari Gemu Famire kali ini untuk wilayah Kodam XVI/Pattimura sekitar 11.000 orang, yang dipusatkan di Lantamal IX/Ambon melibatkan 7000 orang dan Maluku Utara yang dipusatkan di Ternate melibatkan 4000 orang.

"Jadi Tari Gemu Famire ini tari yang berasal dari daerah Maumere, Nusa Tenggara Timur, bukan hanya sebagai ajang melestarikan budaya Bangsa, tetapi juga kesehatan yaitu Olah raga, menjalin kekompakan bersama-sama antara TNI-Polri dan seluruh lapisan Masyarakat", ujar Pangdam.

"Kita sama-sama secara  serempak seluruh Indonesia bersama Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto melaksanakan Pemecahan Rekor Muri Senam atau Tari Gemu Famire,  mulai dari ujung Timur sampai Barat Indonesia", pungkas Pangdam.

Kedepan selain kegiatan Pemecahan Rekor Muri Tari Gemu Famire atau Maumere, Kodam XVI/Pattimura juga akan melaksanakan kegiatan bakti sosial, donor darah, bersepeda (fun bike),  lomba-lomba bagi TNI yang ada di Maluku dengan turut melibatkan Masyarakat dalam rangka memeriahkan HUT TNI ke -73. (Pendam16)

Murad Ismail dan Barnabas Nathaniel Orno Siap Dilantik pada 11 Maret 2019

Posted: 04 Sep 2018 10:24 AM PDT

Murad Ismail dan Barnabas Nathaniel Orno Siap Dilantik pada 11 Maret 2019AMBON, LELEMUKU.COM - Irjen Pol (purn) Drs. Murad Ismail dan Drs. Barnabas Nathaniel Orno akan dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gu­bernur Maluku yang baru pada 11 Maret 2019, mendatang.

Menurut Kepala Biro Peme­rintahan Pemerintah Provinsi Maluku, Jasmono, hal ini terungkap dari surat usulan pelantikan gubernur dan wa­gub Maluku terpilih telah resmi diterima Sekretaris Dirjen Otda, Akmal Malik.

"Berkas itu diterima oleh Sekretaris Dirjen Oto­nomi Daerah Kemendagri Akmal Malik. Pelantikan akan dilaksanakan serentak tetapi bertahap. Khusus untuk Maluku direncanakan 11 Maret 2019" ujar Jasmono pada Senin (3/9).

Ia mengatakan secara resmi surat usulan penge­sahan pengangkatan Gubernur dan Wakil Gubernur Maluku Terpilih itu sudah disampaikan secara langsung oleh Pimpinan DPRD Maluku dan Pemprov melalui Sekda Maluku Hamin Bin Thaher kepada Menteri Dalam Negeri (Mendagri).

Pertemuan tersebut, kata Jasmono, juga mendiskusikan terkait dengan rencana pelantikan gubernur dan wakil gubernur Maluku terpilih sesuai dengan UU No 10 tahun 2018. Sehingga dari penjelasan Sekretaris Dirjen Otda, bahwa telah diedarkan surat kepada masing-masing pamerintah kabupaten, kota dan provinsi.

Namun demikian, pelantikan tanggal 11 Maret 2019 itu akan disesuaikan dengan agenda Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Mengingat pelantikan akan dilangsungkan di Jakarta.

Sementara menyangkut pelantikan Walikota - Wakil Walikota Tual Adam Rahayaan dan Usman Tamnge  serta Bupati - Wakil Bupati Maluku Tenggara, Muhamad Taher Hanubun dan Petrus Beruatwarin kata Jasmono, juga sudah disampaikan ke Mendagri.

"Karena akhir masa jabatan Walikota-Wakil Walikota Tual dan Bupati - Wakil Bupati Maluku Tenggara berakhir pada tanggal 31 Oktober 2018, maka sesuai dengan surat edaran Mendagri, rencana pelantikannya akan dilaksanakan pada 20 Desember 2018," tegas Jasmono. (Rakyat)

Multikulturalisme Adat dan Agama Jadikan Kota Ambon Tuan Rumah Pesparani

Posted: 03 Sep 2018 05:00 PM PDT

Multikulturalisme Adat dan Agama Jadikan Kota Ambon Tuan Rumah PesparaniAMBON, LELEMUKU.COM- Dijadikannya Kota Ambon, Provinsi Maluku sebagai tuan rumah pegelaran kontes musik akbar Pesta Paduan Suara Gerejani (Pesparani) Umat Katolik Tingkat Nasional pertama kalinya di Indonesia bukan tanpa alasan. 

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Bimas) Katolik Kementerian Agama (Kemenag) RI Eusabius Binsasi menilai,  Pemerintah Pusat (Pempus) memilih daerah penghasil rempah cengkeh dan pala ini karena memiliki multikulturalisme dengan masyarakat adat yang menjunjung tinggi nilai-nilai keberagaman budaya, ras dan agama ditengah komponen masyakarat itu sendiri.

Binsasi yang ditemui sejumlah wartawan media lokal Ambon usai menghadiri acara pembukaan Rapat Koordinasi (Rakor) Teknis Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesta Paduan Suara Gerejani Katoli Nasional/Daerah (LP3KN/LP3KD) bersama Kepala Kantor Wilayah Kemenag se-Indonesia di Aula Katolik Center Ambon, Selasa (28/8) mengaku, Ambon menjadi salah satu praktisi dalam kaitan dengan multikulturalisme masyarakat adat yang plural, dimana mereka hidup saling berdampingan, satu dan lain saling mendukung. 

"Memang benar kota ini pernah dilanda konflik di tahun 1999, tapi kami melihat bagaimana gerakan masyarakat yang sadar bahwa bangkit dari konflik dan kembali hidup rukun adalah dasar utama tabiat orang Maluku sekaligus mempresentasikan hak-hak bagaimana mereka punya cara tersendiri dalam mengelola keberagaman itu seperti apa, ini yang menjadi perhatian kami kota ini layak dijadikan titik sentral orang berlomba bernyanyi dari seluruh penjuru daerah di Indonesia," papar Binsasi mengupas alasan Ambon lagi-lagi dijadikan tuan rumah even keagamaan berskala nasional setelah MTQ dan Pesparawi.

Terkait penerapan cara mengelola keberagaman itu sendiri, menurutnya Indonesia membutuhkan contoh positif yang dapat diambil dari kondisi sosial daerah ini. "Bukan tentang bagaimana orang bisa hidup rukun sedari awal, tapi tentang bagaimana orang bisa belajar untuk keluar dari konflik. Saya kira Indonesia membutuhkan semacam perspektif seperti di Ambon, dan ini bisa direplikasi ke banyak tempat lain yang memiliki kesamaan potensi pluralitasnya maupun multikulturalnya," jelas Binsasi.

Pria asal Timor Tengah Utara Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) ini juga menilai, bahwa Kota Ambon bisa dijadikan barometer di Indonesia terkait multikulturalisme untuk dikelola secara baik. "Ambon lebih spesifik dari daerah lain. Maluku adalah negeri Raja-Raja, ini menunjukan sebuah kawasan di tanah air memiliki keberagaman kondisi masyarakat terkait adat, istiadat, agama maupun bahasa. Keberagaman sekaligus kearifan lokal inilah yang mampu mereka kelola dengan baik, sehingga dapat dijadikan ukuran tentang bagaimana hal itu bisa menjadi perisai menumbuhkan rasa cinta kepada sesama," jelas lelaki kelahiran 1959 ini.

Konteks lain yang lebih menarik bagi Binsasi, orang Ambon adalah proses sebelum dan sesudah dimana kota ini pernah mengalami kerusuhan di masa lalu mengakibatkan tidak sedikit korban berjatuhan dimana-mana. (KemenagMaluku)
Bagi ke WA Bagi ke G+